Sabtu, 16 Agustus 2008

Keutamaan dan Amal Bulan Sya’ban

Ditulis oleh orgawam di/pada Agustus 5, 2008

Bulan sya’ban adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Barang siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, insya Allah ia akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan.

Peristiwa di bulan Sya’ban

1. Pindah Qiblat

Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Ka’bah, Mekah al Mukarromah. Demikianlah peristiwa ini terjadi setelah turun ayat,

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)

2. Turun Ayat Sholawat Nabi

Diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada baginda Nabi saw, yaitu ayat:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)

.

Keutamaan Sya’ban

1. Diangkatnya Amal Manusia

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).

2. Disebut Sebagai Bulan Al Quran

Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Sya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya.

Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketika memasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

.

Amal di Bulan Sya’ban

Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utama setelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulan Sya’ban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai media berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.

Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Sya’ban itu tidak diperkenankan, kecuali:

1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama.
2. Sudah menjadi kebiasaan.
3. Puasa qodlo.
4. Menjalankan nadzar.
5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.

.

Malam Nishfu Sya’ban

Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malam Nishfu Sya’ban. Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia.

Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing). (HR At-Tabarani dan Ahmad). Namun Al-Imam At-Tirmizy menyatakan bahwa riwayat ini didhaifkan oleh Al-Bukhari.

Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata bahwa Rasulullah SAW bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah, (atau Wahai Humaira’), apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?” Aku menjawab, “Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali.” Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?” Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Ini adalah malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi). Al-Baihaqi meriwayatkan hadits ini lewat jalur Al-’Alaa’ bin Al-Harits dan menyatakan bahwa hadits ini mursal jayyid. Hal itu karena Al-’Alaa’ tidak mendengar langsung dari Aisyah ra.

“Nabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam bersabda, “Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).

Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al Lathoif mengatakan, “Kebanyakan ulama Hadits menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara tentang malam Nishfu Sya’ban masuk kategori Hadits dlo’if (lemah), namun Ibn Hibban menilai sebagaian Hadits itu shohih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shohihnya.”

Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul Mandlud mengatakan, “Para ulama Hadits, ulama Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan oleh Imam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits dlo’if untuk keutamaan amal (fadlo’ilul amal), bukan untuk menentukan hukum, selama Hadits-Hadits itu tidak terlalu dlo’if (sangat lemah).”

Jadi, meski Hadits-Hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dlo’if (lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalam di malam Nishfu Sya’ban.

Syeh Ibnu Taimiyah berkata, “Beberapa Hadits dan atsar telah diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisyfu Sya’ban, bahwa sekelompok ulama salaf telah melakukan sholat pada malam tersebut. Jadi jika ada seseorang yang melakukan sholat pada malam itu dengan sendirian, maka mereka berarti mengikuti apa yang dilakukan oleh ulama-ulama salaf dulu, dan tentunya hal ini ada hujjah dan dasarnya. Adapun yang melakukan sholat pada malam tersebut secara jamaah itu berdasar pada kaidah ammah yaitu berkumpul untuk melakukan ketaatan dan ibadah.

Walhasil, sesungguhnya menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan serangkaian ibadah itu hukumnya sunnah (mustahab) dengan berpedoman pada Hadits-Hadits di atas. Adapun ragam ibadah pada malam itu dapat berupa sholat yang tidak ditentukan jumlah rakaatnya secara terperinci, membaca Al Quran, dzikir, berdo’a, membaca tasbih, membaca sholawat Nabi (secara sendirian atau berjamaah), membaca atau mendengarkan Hadits, dan lain-lain.

Sayyidina Ali ra, Rasulullah saw bersabda:

“Jika tiba malam Nisyfi Sya’ban, maka bersholatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Dia berfirman, ‘Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orang meminta rizki, maka akan Aku beri rizki? Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.’” (HR. Ibnu Majah)

Malam Nishfu Sya’ban dan di seluruh bulan adalah saat yang utama dan penuh berkah, maka selayaknya seorang muslim memperbanyak aneka ragam amal kebaikan. Doa adalah pembuka kelapangan dan kunci keberhasilan, maka sungguh tepat bila malam itu umat Islam menyibukkan dirinya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam mengatakan,

“Doa adalah senjatanya seorang mukmin, tiyangnya agama dan cahayanya langit dan bumi.” (HR. Hakim).

“Seorang muslim yang berdoa -selama tidak berupa sesuatu yang berdosa dan memutus famili-, niscaya Allah Subhanahu wata’ala menganugrahkan salah satu dari ketiga hal, pertama, Allah akan mengabulkan doanya di dunia. Kedua, Allah baru akan mengabulkan doanya di akhirat kelak. Ketiga, Allah akan menghindarkannya dari kejelekan lain yang serupa dengan isi doanya.” (HR. Ahmad dan Barraz).

Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tentang doa yang khusus dibaca pada malam Nishfu Sya’ban. Begitu pula tidak ada petunjuk tentang jumlah bilangan sholat pada malam itu. Siapa yang membaca Al Quran, berdoa, bersedekah dan beribadah yang lain sesuai dengan kemampuannya, maka dia termasuk orang yang telah menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan ia akan mendapatkan pahala sebagai balasannya.

Dalam hal ini yang patut mendapat perhatian kita adalah beredarnya tuntunan-tuntunan Nabi tentang sholat di malam Nishfu sya’ban yang sejatinya semua itu tidak berasal dari beliau. Tidak berdasar dan bohong belaka. Salah satunya adalah sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, “Bahwa saya melihat Rasulullah pada malam Nishfu Sya’ban melakukan sholat empat belas rekaat, setelahnya membaca Surat Al Fatihah (14 x), Surah Al Ikhlas (14 x), Surah Al Falaq (14 x), Surah Annas (14 x), ayat Kursi (1 x), dan satu ayat terkhir Surat At Taubah (1 x). Setelahnya saya bertanya kepada Baginda Nabi tentang apa yang dikerjakannya, Beliau menjawab, “Barang siapa yang melakukan apa yang telah kamu saksikan tadi, maka dia akan mendapatkan pahala 20 kali haji mabrur, puasa 20 tahun, dan jika pada saat itu dia berpuasa, maka ia seperti berpuasa dua tahun, satu tahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Dan masih banyak lagi Hadits-Hadits palsu lainnya yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin. (Disarikan dari “Madza fi Sya’ban”, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, Muhadditsul Haromain).

Disadur dari: http://langitan.net/?p=94

.

Wallahu a’lam.


Semoga selalu menjadi inspirasi.
Perbuat yang terbaik, Allah Ta'ala, Rasul, dan orang beriman akan menyaksikan.

Abu Qowwiim

Gerhana Bulan Sebagian 17 Agustus 2008

Gerhana Bulan Sebagian 17 Agustus 2008

By ivie • Aug 15th, 2008 at 8:13 am • Category: Observasi
Foto gerhana bulan sebagian tahun 2006. Kredit foto: nggieng
Foto gerhana bulan sebagian tahun 2006. Kredit foto: nggieng
Tahun ini, bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-63, masyarakat Indonesia juga bisa menikmati Gerhana Bulan Sebagian (GBS). GBS di Indonesia akan tampak pada tanggal 17 Agustus 2008 mulai pukul 01.24 bbwi dini hari saat Bulan hampir tenggelam di ufuk barat. GBS 17 Agustus 2008 sekaligus juga menjadi gerhana terakhir di tahun 2008. Kita baru akan bertemu lagi dengan fenomena gerhana pada awal tahun 2009, yakni dengan Gerhana Matahari Cincin yang bisa terlihat di beberapa tempat di Indonesia.

Gerhana Bulan terjadi saat bulan sedang beroposisi terhadap matahari atau sedang berada dalam fase purnama dan melewati bayangan Bumi. Hal ini menyebabkan terjadinya gerhana Bulan baik gerhana sebagian maupun gerhana total. Jika ingin dibayangkan pada saat terjadi gerhana Bulan, Matahari, Bumi dan Bulan berada pada satu garis lurus dimana Bumi berada di antara keduanya dan menghalangi jatuhnya sinar Matahari ke Bulan. Pada saat gerhana, jika Bulan masuk dalam area Penumbra (bayangan yang kabur atau samar) Bumi, maka tanda-tanda terjadinya gerhana masih sangat kabur namun ketika Bulan masuk dalam umbra (area yang gelap total) maka gerhana Bulan akan dapat diamati. Gerhana Bulan sendiri ada dua yakni Gerhana Bulan Total (GBT) dan Gerhana Bulan Sebagian (GBS). Saat GBT, bulan akan berada di dalam umbra Bumi sedangkan saat GBS, sebagian bayangan Bulan masih berada di penumbra Bumi.

Walaupun gerhana bulan terjadi saat fase purnama, namun tidak setiap purnama terjadi gerhana. Kedudukan bidang orbit Bulan mengelilingi Bumi yang membentuk sudut sekitar 5 derajat terhadap bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari menjadi penyebab tidak terjadi gerhana Bulan setiap bulan. Namun setiap tahun terjadi gerhana Bulan dengan jumlah dan jenis fenomena gerhana bervariasi. Jumlah maksimum gerhana Bulan dalam setahun berkisar antara 2-3 gerhana dan tidak semua fenomena gerhana dalam setahun bisa diamati dari salah satu titik atau tempat di permukaan Bumi.

Diagram GBS 17 Agustus 2008 dan area yang akan mengalami GBS di dunia. Kredit Gambar : NASA
Diagram GBS 17 Agustus 2008 dan area yang akan mengalami GBS di dunia. Kredit Gambar : NASA

GBS tanggal 17 Agustus 2008 akan dimulai pada pukul 1:24:49 dini hari saat kontak pertama terjadi yakni ketika Bulan memasuki penumbra Bumi. Pengamatan bisa dilakukan saat Bulan memasuki umbra pada jam 2:36:07 bbwi saat Bulan memasuki umbra. Puncak gerhana bulan sebagian akan terjadi pada pukul 4:10:09 bbwi dini hari ketika Bulan sudah bergerak ke arah barat magnitud mencapai 0.8076 magnitud. Dan saat bulan keluar dari umbra Bumi pada pukul 5:44:16 bbwi, Bulan sudah berada di ufuk Barat akan tenggelam dan pagi pun menjelang. Pukul 6:57:06 bbwi, Bulan akan keluar dari bayangan penumbra. Lamanya GBS 17 Agustus 2008 berkisar 3 jam 8 menit.

Saat-saat akhir gerhana bulan bisa jadi tidak akan tertangkap lagi oleh kita karena Matahari sudah bergerak di ufuk timur untuk menyinari kehidupan manusia mengantar insan Indonesia menuju lapangan upacara untuk merayakan hari kemerdekaan RI yang ke-63.

GBS tahun ini merupakan gerhana yang cukup spesial bagi para astronom di Indonesia karena bisa dikatakan GBS ini juga yang menjadi pembuka dan momen penghantar dari kegiatan 2nd International Olympiads of Astronomy and Astrophysics yang akan berlangsung tanggal 19 - 28 Agustus 2008.

Catatan :Waktu yang digunakan di dalam artikel ini berdasarkan zona waktu Indonesia Bagian Barat atau UT+7.


Semoga selalu menjadi inspirasi.
Perbuat yang terbaik, Allah Ta'ala, Rasul, dan orang beriman akan menyaksikan.

Abu Qowwiim